Macet di Jakarta mendatangkan kebutuhan baru untuk bergerak lebih cepat mencapai suatu tempat. Fenomena ini ditangkap beberapa orang untuk mendirikan usaha ojek sepeda motor. Pelanggan tak perlu repot-repot menanti ojek di pangkalan, cukup telepon, tukang ojek siap mengantar.
Dua tahun lalu, Bagas Agusti Kurniawan mendirikan usaha ojek sepeda motor. Awalnya, ia sering menemukan penghuni kos-kosan miliknya kesulitan mencari ojek sepeda motor untuk mengantar mereka ke kantor. “Ada pangkalan ojek dekat kos cukup ramai. Tapi anak-anak kos saya butuh cepat dan bisa jemput langsung ke kos,” tutur Bagas.
Ia pun lantas membuka usaha ojek sepeda motor di Jalan Bangka, Mampang, bernama Jeki Taksi Motor Ekspress. Motonya: Cepat, Tepat, dan Selamat.
Begitu juga Armand Jamil yang melayani rute Bintaro, Rempoa ke sekitar kota Jakarta. Tukang ojek online Bintaro Rempoa terpaksa mengojek setelah di PHK tahun 2008. Armand jeli melihat celah, ia pun tampil beda dari para tukang ojek lainnya. "Saya tampil wangi, bersih, dan rapi supaya pelanggan saya nyaman ketika berkendara dengan saya," tutur Armand.
Meski mengutamakan kecepatan, Armand mengklaim dia menjaga keamanan berkendara. Kecepatan maksimal berkendara tak lebih dari 40 km/jam. "Tapi, jika pelanggan ingin lebih cepat, mereka bisa bilang. Pokoknya, tergantung kenyamanan mereka," paparnya. Pelanggan cukup menelepon dan menyebutkan lokasi, dalam waktu 10 menit si tukang ojek siap mengantar ke lokasi tujuan.
Soal tarif, Armand mengaku dapat bernegosiasi untuk mendapatkan harga yang sesuai. "Biasanya saya sebutkan harga, kalau mereka keberatan bisa nego," kata Armand. Misalnya untuk tarif Rempoa ke Thamrin sekitar Rp 50.000.
Bagas menggunakan sistem membership. Setiap calon anggota harus memberi alamat rumah dan kantor serta nomor telepon. Mereka pun bebas memilih waktu pembayaran, yakni harian, mingguan, dan bulanan.
Soal tarif dari jemput hingga sampai lokasi tujuan, bila jarak kurang dari 2 km, anggota bayar Rp 5.000. Untuk jarak 2 km sampai 5 km Rp 10.000 dan jarak 5 km hingga 10 km dipatok Rp 15.000. Adapun Rp 20.000 dipasang pada jarak lebih dari 10 km sampai 15 km.
Patokan harga itu dihitung per satu kali antar-jemput. “Misalnya anggota minta dijemput di Mampang dan diantar ke Kuningan, harganya Rp 15.000,” kata Bagas yang juga melayani antar-jemput barang, semisal dokumen. Bagas menghitung, dari jasa antar-jemput yang menggunakan tujuh sepeda motor ini ia bisa mengantongi omzet Rp 15 juta per bulan.
Sementara itu, dalam satu hari bersama empat pegawainya, Armand bisa melayani 25 pelanggan di sekitar Bintaro dan bisa mengantongi pendapatan bersih Rp 10 juta dalam satu bulan . Kebanyakan pelanggan Armand dan Bagas adalah karyawan kantoran dan mahasiswa.
Menjalani usaha ini, bukan tanpa kendala. Armand mengaku kesulitan mencari pengendara (rider)yang paham jalan di Jakarta. Ia tak mau merekrut rider yang asal-asalan mengemudi dan sulit dipercaya. Pasalnya, rider pernah membawa kabur sepeda motornya. “Karena itu, sekarang saya lebih antisipatif. Ijazah rider saya tahan dan saya harus tahu alamat dan nomor kontak keluarganya,” kata Bagas.
No comments:
Post a Comment