Sore ini aku begitu tertegun dan terharu saat melihat kisah hidup seorang bocah kecil bernama Herman di sebuah siaran televisi swasta.
Terlahir dari keluarga miskin di sebuah kampung bernama Cibogos Herman tumbuh menjadi seorang bocah yang harus memikul beban membantu menghidupi ke-2 orang tua dan ke-2 adik tiri nya. Sang Ibu telah meninggal dunia saat ia masih balita.
Dengan kondisi kaki yang tidak sempurna seperti anak umum nya setiap hari sebelum berangkat ke sekolah Herman kecil mengambil dagangan es mambo dari desa sebelah yang jaraknya cukup jauh untuk dijajakan di sekolah. Tak jarang ia terlambat datang ke sekolah namun dengan kepolosan dan kegigihannya Herman kecil tetap bersekolah. Saat istirahat sekolah Herman ingin seperti teman-teman nya bermain dan bergembira tetapi semua itu ia urungkan karena ia harus menjajakan dagangan es mambo nya. Terkadang dagangannya habis terjual tetapi sering pula masih tersisa.
Saat sekolah usai Herman kecil tak langsung ke rumah melainkan kembali ke desa sebelah untuk memberikan setoran hasil jualannya. Kalau habis terjual ia berhak membawa pulang 3000 rupiah namun kalau masih ada sisa cukup 2000 rupaih ia bawa pulang untuk diserahkan kepada sang Ibu.
Luar biasa si Herman perkasa ini sambil pulang ke rumah juga masih membawa barang dagangan agar-agar untuk dijual keliling kampungnya.
Bersama sang adik tiri yang "idiot" ia menjajakan agar-agar hingga jauh keliling kampung.
Saat lelah menerpa mereka, Herman kecil tak tega melihat sang adik kehausan dan dia berikan sebuah agar-agar untuk menghilangkan dahaga sang adik. Sungguh sebuah ikatan cinta kasih yang begitu indahnya.
Menjelang sore kakak-beradik itu menyusuri rumah-rumah kampung desa sebelah untuk mengembalikan dagangan agar-agar nya.
Namun layaknya anak-anak sebayanya ketika melihat teman-teman nya bermain bola, Herman kecil tak kuasa menahan hasratnya untuk ikut mengolah si kulit bundar.
Gerakannya lincah dan lihai dalam menggiring bola dan tak jarang dia dijuluki oleh teman-temannya sebagai jagoan bola.
Yah, asa dan harapannya pun begitu tinggi kelak ingin membeli sepatu bola dan menjadi pemain kebanggaan Indonesia.
Uang hasil dagangan agar-agar pun ia titipkan kepada pemilik dagangan agar kelak suatu saat ia ambil untuk membeli sepatu bola. Namun terkadang ia ambil lagi untuk membeli kebutuhan makanan keluarganya.
Yaa Robb, sungguh Engkau telah menunjukkan kepada ku seorang pejuang sejati, seorang pedagang jempolan, seorang anak yang sangat mencintai keluarga nya hingga rela mengorbankan masa kecil nya.
Herman sang bocah perkasa yakin bahwa kelak apa yang telah dilakukannya akan berbuah manis dan penuh keindahan pada akhir nya.
Terima kasih Tuhan, Engkau telah mengutus Herman kecil ke dunia ini untuk menjadi tauladan bagi diri ku untuk terus berjuang memperbaiki diri, memberikan cinta kasih bagi istri, anak, orang tua dan orang-orang di sekelilingku. Terlebih kepada mereka yang membutuhkan bantuan dan kasih-sayang.
Wahai Herman sang pejuang sejati, terima kasih engkau telah mengajariku untuk hidup lebih bersyukur dan bermakna bagi sesama.
Kamis sore, menjelang 1 Rajab 1432 H.
Ditulis oleh:
Anto P.
Indotelsat Network
Connect You Anywhere
www.indotelsat.indonetwork.co.
http://trilogicinta.wordpress.
No comments:
Post a Comment